July, 29 2025
Category: R 2 MOTOSPORT
Sudah 37 tahun dunia balap menunggu sebuah babak baru yang tak kunjung terwujud. Selama kurun waktu tersebut, banyak harapan yang sempat muncul dari para pembalap bertalenta luar biasa, namun pada akhirnya berakhir tanpa hasil yang diharapkan. Kini, sorotan tertuju pada Toprak Razgatlioglu. Apakah pembalap Turki tersebut mampu menuliskan sejarah baru di ajang MotoGP?
Sejarah yang Tidak Mudah Ditembus
Sejak berdirinya World Superbike Championship (WorldSBK) 37 tahun lalu, telah lahir 19 Juara Dunia. Namun hanya dua di antaranya yang tidak pernah sekalipun berlaga di ajang MotoGP, yakni Toprak Razgatlioglu selaku juara bertahan sekaligus pemimpin klasemen saat ini, dan Tom Sykes yang meraih gelar pada 2013. Musim depan, Razgatlioglu memutuskan untuk meninggalkan WorldSBK dan memulai perjalanan baru bersama tim Prima Pramac Yamaha di MotoGP 2026.
Perjalanan tersebut bukanlah sesuatu yang mudah. Banyak pembalap yang sebelumnya mencoba peruntungan di MotoGP namun gagal membawa pulang gelar juara. Cedera, kesialan, hingga kegagalan beradaptasi menjadi faktor yang sering kali menghentikan langkah mereka. Sementara itu, mereka yang melakukan perjalanan sebaliknya, dari MotoGP ke WorldSBK, justru sering kali meraih sukses yang lebih besar.
Dari Troy Bayliss hingga Ben Spies
Sejarah mencatat hanya dua Juara Dunia WorldSBK yang mampu meraih kemenangan di MotoGP. Ben Spies dari Amerika Serikat adalah salah satunya. Juara Dunia 2009 tersebut mencatatkan 55 kali start di MotoGP dan meraih satu kemenangan di Assen dua tahun kemudian. Sayangnya, cedera memaksanya pensiun dini.
Sebelumnya, Troy Bayliss dari Australia juga berhasil mencatatkan kemenangan yang bersejarah. Setelah memenangkan gelar WorldSBK 2001, ia sempat membalap di 43 Grand Prix bersama Ducati dan Honda. Bayliss kembali ke WorldSBK dan menjadi juara pada 2006. Namun sebelum itu, ia memenangkan seri terakhir MotoGP musim tersebut di Valencia saat menggantikan Sete Gibernau yang cedera. Kemenangan ini bahkan menjadi kemenangan ganda pertama bagi Ducati di kelas utama, mendahului Loris Capirossi di garis finis.
Selain mereka, nama-nama besar seperti Colin Edwards, James Toseland, Neil Hodgson, dan Scott Russell sempat menimbulkan ekspektasi serupa. Namun, pada akhirnya mereka gagal mengulang kesuksesan yang diraih di WorldSBK.
Transisi Para Veteran
Bagi Scott Russell, perjalanan ke MotoGP penuh tantangan sejak awal. Ia bergabung dengan tim pabrikan Suzuki di pertengahan musim 1995 untuk menggantikan legenda Kevin Schwantz yang pensiun karena cedera. Dengan latar belakang sebagai juara AMA, WorldSBK, dan pemenang Suzuka 8-Hour, ekspektasi padanya sangat besar. Namun transisi dari motor empat tak ke mesin 500cc dua tak tidaklah mudah. Dalam 19 balapan, Russell hanya mampu meraih dua podium.
Colin Edwards, yang dikenal vokal dan penuh karisma, juga menghadapi nasib serupa. Edwards mencatatkan 196 kali start di MotoGP dengan 12 podium, termasuk lima kali finis kedua. Namun ia gagal meraih satu pun kemenangan. Momen terbaiknya datang pada TT Belanda 2006 di Assen, ketika ia memimpin balapan namun terjatuh di tikungan terakhir sebelum garis finis.
James Toseland pun mengalami nasib yang tak jauh berbeda. Juara Dunia dua kali WorldSBK ini hanya membalap di 35 Grand Prix dengan hasil terbaik finis keenam sebanyak sembilan kali. Cedera pergelangan tangan yang dialaminya semakin memperburuk performanya.
Neil Hodgson, yang mengikuti saran Edwards untuk “turun dari sofa dan bergabung di MotoGP”, hanya mencatatkan hasil terbaik finis kedelapan dalam satu musim bersama Ducati yang kurang kompetitif.
Bertahan adalah Pilihan
Tidak sedikit Juara Dunia WorldSBK yang memutuskan untuk tetap bertahan di kejuaraan tersebut. Carl Fogarty adalah salah satu contohnya. Dengan empat gelar juara (1994, 1995, 1998, 1999), Fogarty menjadi ikon WorldSBK yang bahkan mampu menyaingi popularitas MotoGP di Inggris Raya. Meski memiliki kemampuan untuk bersaing dengan Mick Doohan, ia memilih tidak pindah ke MotoGP karena hanya ingin membela tim papan atas. Cedera kemudian memaksanya pensiun lebih awal.
Hal serupa dialami Jonathan Rea. Pembalap asal Irlandia Utara ini memenangkan enam gelar WorldSBK berturut-turut bersama Kawasaki pada 2015-2020. Ia sempat tampil mengesankan di dua balapan MotoGP pada 2012 menggantikan Casey Stoner di tim Repsol Honda, finis di posisi ketujuh dan kedelapan. Namun, tawaran yang tepat untuk beralih penuh waktu ke MotoGP tidak pernah datang.
Sebaliknya, Jalur dari MotoGP ke WorldSBK Lebih Mulus
Pembalap yang beralih dari MotoGP ke WorldSBK justru lebih sering mencetak sukses. Max Biaggi, setelah memenangkan empat gelar juara dunia 250cc, meraih 13 kemenangan di kelas utama MotoGP sebelum akhirnya merebut dua gelar WorldSBK pada 2010 dan 2012. Alvaro Bautista juga berhasil meraih dua gelar WorldSBK (2022 dan 2023) setelah karier panjang di MotoGP.
John Kocinski, Carlos Checa, dan Raymond Roche juga menjadi bukti bahwa jalur sebaliknya lebih menjanjikan. Checa meraih dua kemenangan di MotoGP sebelum menjadi Juara Dunia WorldSBK 2011. Roche meraih gelar WorldSBK 1990 setelah gagal bersinar di MotoGP.
Apakah Razgatlioglu Akan Mematahkan Kutukan?
Kini sorotan tertuju pada Toprak Razgatlioglu. Banyak yang membandingkan langkahnya dengan Cal Crutchlow, yang sukses besar di MotoGP setelah hanya satu musim di WorldSBK. Crutchlow meraih tiga kemenangan MotoGP dan mengukir karier yang solid setelah memanfaatkan peluang dengan tepat.
Berbeda dengan Crutchlow yang beralih lebih awal, Razgatlioglu memilih untuk menunggu hingga tawaran yang tepat datang. Dengan dua gelar juara dunia di tangannya, dan kemungkinan menambah satu gelar lagi musim ini, tawaran dari Yamaha untuk bergabung dengan tim MotoGP datang pada saat yang tepat. Yamaha juga tengah mempersiapkan mesin M1 V-4 baru, dan pada 2027 MotoGP akan beralih menggunakan ban Pirelli, ban yang sangat familiar bagi Razgatlioglu dari kesuksesannya di WorldSBK.
Harapan Baru di MotoGP
Dengan segala bekal pengalaman dan pencapaiannya, Razgatlioglu diyakini memiliki peluang besar untuk mengakhiri penantian panjang 37 tahun tersebut. Pertarungan melawan nama-nama besar seperti Marc Marquez akan menjadi tantangan sekaligus peluang emas untuk mencatatkan sejarah baru.
Apakah “anak ajaib” asal Turki ini mampu mematahkan kutukan dan menjadi Juara Dunia MotoGP? Satu hal yang pasti, dunia balap kini menantikan kiprah Toprak Razgatlioglu dengan penuh harapan. (MGPA)
ARRIVE AND DRIVE
Ready to feel the adrenaline?Take on the track with Agya GR Arrive & Drive at Pertamina Mandalika International Circuit!Whether you want to take the wheel yourself or sit back and enjoy the ride, we've got you covered with our Toyota Agya GR Taxi Ride and Arrive & Drive programs.
JDM Fun Day
JDM (Japan Domestic Market) Fun Day is the biggest Japanese Car Community meet up in Indonesia. Followed by 85 high-performance JDM cars, this event initiated by the JDM community is conducted in a Time Attack format. JDM Funday Time Attack is divided into 3 classes according to car specifications: standard, street, and race. Racers from various backgrounds, including non-experienced drivers, experienced drivers, and professionals, have the opportunity to compete.
BOOK NOW